Friday, November 2, 2018

Seni Purwarupa Bali Tergerus Modernisasi?

SENI UKIRAN BATU DAN SENI LUKIS BALI MULAI TERGERUS JAMAN


Perkembangan globalilasi dewasa ini yang semakin cepat, ternyata benar mempengaruhi kelangsungan budaya dan warisan kesenian, khususnya Bali. Seni ukir di Bali yang dulu sempat jadi primadona, sekarang mulai teralihkan. Mari kita ambil contoh Seni Lukis Keliki Painting dan Seni Ukir Batu Padas di Silakarang.


A. Seni Lukis dari Keliki Ubud (Keliki Painting Style)
Hasil gambar untuk lukisan keliki
Salah satu contoh gaya lukisan Keliki
Pertama saya mengenal jenis lukisan ini sudah membuat saya cukup takjub. Bukan apa, sejauh yang saya pernah lihat dan ketahui, lukisan Bali kebanyakan menggunakan media kanvas dalam ukuran yang besar rata-rata 40cm x 60cm. Waktu itu saat saya masih bekerja di sebuah gallery lukisan dekat rumah, bahwa ternyata ada lukisan yang dibuat dari media kertas yang bisa dikatakan sangat kecil tapi dengan kedetailan dan ketelitian yang tinggi. Dan tentu saja, perjuangan yang ditempuh juga terbilang tak biasa, seperti menggunakan kuas yang kecil, pensil yang runcing, mata yang tajam, fokus yang stabil.
Sebagian Anda mungkin bertanya, bukankah media yang kecil itu justru yang mudah dan cepat diselesaikan? Karena bidang kertas yang kecil.
Tapi penerapannya tidak sesederhana itu. Jadi Keliki painting itu mempunyai 4 tahapan dalam pengerjaan nya. Diawali dengan sketsa objek dengan pensil lalu di bold menggunakan drawing pen. Drawing pen sendiri punya beberapa jenis ketebalan tinta dan ukuran yang terkecil itu 0.5. Di tahap ketiga ini yang spesial karena menggunakan Chinese ink (Tinta Cina/Mangsi/tinta dalam bentuk batangan). Dalam sebuah batok kelapa yang disesuaikan seperti bentuk wajan/loyang,  itu dituang sedikit air dan diaduk cukup menggunakan ujung dari Chinese ink tsb. Air hasil adukan tadi akan mengental dan inilah yang digunakan untuk membuat gradasi warna gelap-terang yang menjadi keistimewaan lain dari style ini. Wisatawan umumnya sangat tertarik dengan proses ketiga ini sebab terlihat sangat unik dan masih tradisional. Lebih dari itu, proses gradasi warna gelap-terang dengan Chinese ink ini menjadi pembeda dari tipe lukisan lainnya, ini menambah kesan exclusive dan keaslian lukisan yang terlahir dari  daerah terpencil di Ubud ini. Dan yang terakhir dalam tahap warna cat air relatif sama dengan style-style yang lain dengan menggunakan cat air Acrylic. Jadi tak heran, dengan ukuran kertas 30cm, akan diselesaikan dalam kurun waktu bisa sampe 5 sampai 7 hari dan Anda takkan melihat ada ruang kosong dalam gambar.



B. Seni Ukiran Batu di Silakarang
Saya adalah satu pengrajin ukiran batu padas di Silakarang, dan itu saya tekuni dari kelas 3 SD sampai tamat SMA. Tapi itu dulu. 
Hasil gambar untuk patung batu  ukiran bali
Patung togog Bsli dari batu padas hitam (atas) dan batu padas putih (bawah)
Masih melekat di ingatan bagaimana tangan-tangan terampil itu mengolah batu dengan memunculkan tokoh pewayangan ataupun relief pemandangan khas imajinasi masyarakat Bali. Balok batu padas berukuran 1 meter di sketsa, lalu dipahat dengan pengotok (bentuk yang menyerupai palu yang dibuat dari kayu) dan pahat besi. Belum selesai sampai di sana, nanti akan diperhalus dan dipahat lagi dengan ukiran ornamen-ornamen kecil dan yang terakhir diamplas keseluruhan permukaan agar terlihat sangat halus, rapi dan menarik. Tidak hanya dalam bentuk patung, ukiran ini pun dapat diaplikasikan dalam bentuk relief pemandangan ataupun cerita rakyat pedesaan masyarakat Bali.  Bahan batu yang digunakan tidak hanya batu padas hitam, tapi juga batu padas putih yang diimpor dari Yogya. Tipe batu padas hitam mulanya lebih sering digunakan karena karakteristik batu ini yang relatif lebih keras dan sedikit berbatu sehingga menjadikannya lebih awet dan tahan berbagai macam kondisi, tipe jenis ini sedikit unik karena semakin dihinggapi lumut, membuat batu ini menjadi semakin keras. Tapi tipe batu ini semakin jarang dipakai karena sumber daya alam yang semakin tergerus dan tentu saja membuat daya beli semakin mahal. Maka dari itu banyak pengukir mulai beralih ke batu padas putih Yogya karena dari aspek harga cenderung lebih murah dan kepadatannya lebih mudah untuk dibentuk/diukir. Banyak yang memesan karya batu ini untuk dekorasi perkantoran, hotel-hotel, tempat-tempat persembahyangan bahkan untuk dekorasi rumah masyarakat Bali sendiri. Hal ini tentu membuat Silakarang sempat dikenal sebagai seniman ukir patung yang handal.




Tapi Sekarang...
Perkembangan pariwisata di Bali sekarang lebih tertuju pada industrialisasi dan kepraktisan. Akomodasi perhotelan saling sikut harga, fasilitas dan objek-objek wisata baru mulai menjamur dibuat untuk menarik perhatian para wisatawan asing. Tidak dipungkiri lagi bahwa faktor ekonomi merupakan alasan utama kenapa seni ukiran ataupun lukisan yang berkualitas semakin jarang ditemui saat ini.
Beberapa menjadi guide tour. Source tripadvisor.com

Ketika saya sempat menghadiri undangan pernikahan teman saya yang dari Banjar Keliki, terdengar percakapan mengenai bagaimana mereka mulai semakin jarang meluangkan waktu untuk menggambar. Semakin mereka dewasa dan berkeluarga, semakin banyak beban yang harus mereka emban untuk kehidupan ke depannya. Kegiatan melukis tidak dapat dijadikan mata pencarian utama karena nilainya masih belum cukup untuk menutupi biaya kehidupan sehari-hari apalagi mengingat waktu pengerjaan untuk menyelesaikan satu lukisan tidaklah sebentar. Salah satu teman saya yang merupakan seorang pelukis juga memutuskan untuk berhenti melukis karena desakan ekonomi dan terlebih anaknya masih kecil. Dia memutuskan bekerja sebagai gardener  di sebuah hotel yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Beberapa tahun tak terdengar kabar, sekarang dia sudah menjadi Housekeeping Manager di hotel yang sama dan tentu kesejahteraannya menjadi lebih terjamin. Tidak hanya dia, teman-teman seangkatan nya pun sudah ada yang bekerja sebagai guide hotel maupun travel.




Tak jauh beda dengan yang terjadi di Silakarang, remaja-remaja sekarang sudah mulai beralih bekerja di perhotelan, membangun bisnis sendiri dan bahkan banyak pula memilih bekerja di kapal pesiar. Beberapa pengukir memang masih bertahan dengan mengikuti perkembangan pasar dengan membuat inovasi baru dalam kreasinya, tapi tak banyak juga yang banting stir menjadi guide/driver freelance. 

Hasil gambar untuk atv silakarang ubud
ATV Ride di Silakarang

Contoh 5 tahun terakhir, beberapa dari mereka nekat terjun membuka bisnis dengan mengundang wisatawan untuk mencoba mengendarai ATV melewati banyak daerah persawahan yang memang berpotensi menjadi wisata baru. Masyarakat setempat pun direkrut untuk menemani para turis mengekplor keindahan alam dan merasakan keseruan wisata ini. Wisata baru ini pun menjadi alternative destinasi bagi wisatawan yang ingin merasakan sensasi baru mengeksplorasi Bali. 


Efek dari globalisasi ini melindas nilai-nilai seni peninggalan nenek moyang kita dengan sangat cepat. Bagi mereka yang tidak dapat mengejar era melalui ide-ide ataupun inovasi baru pastilah akan tertinggal dan takutnya hanya jadi "penonton di rumah sendiri". Saya percaya seni apapun itu yg ada di Bali (seni ukir, lukis dll) dapat mengikuti perkembangan dunia tanpa harus melukai norma ataupun adat-istiadat warisan pendahulu kita. Tapi tentunya kerja keras dan memeras otak dengan ide kreatif pun mesti diusahakan. 


EmoticonEmoticon

Search Engine